Sunday 1 March 2020

CERITA GEMAR MENABUNG

PENYESALAN SERA
Dengan belajar menabung, sedikit demi sedikit, akhirnya kita dapat membeli apapun yang diinginkan.
Di TK Kemala Bhayangkari 36 ada anak kembar bernama Sera dan Seri. Mereka kembar identik yang sangat sulit dibedakan secara fisik. Sering teman-teman dan gurunya salah memanggil mereka. Sera dan Seri dapat dibedakan dari sifatnya. Sera anaknya cerewet, tidak sabaran, suka mengatur teman, dan boros. Sedangkan Seri, anaknya pendiam, penyabar, suka berbagi dengan teman dan suka menabung bila diberi uang jajan sama ayah dan ibunya. Sera dan Seri adalah anak ke dua pak Nardi dan ibu Yanti. Sera dan Seri mempunyai kakak bernama Adri. Adri sekolah kelas tiga di SMP Kemala Bhayangkari. Pak Nardi ayah yang sangat bijaksana. Keluarga pak Nardi tinggal tak jauh dari lokasi Sekolah Bhayangkari. Setiap berangkat ke Sekolah, mereka jalan kaki selama 15 menit. Rumah mereka berada di jalan Banteng. Rumah yang sangat asri. Banyak tanaman yang tumbuh dan tertata rapi di halamannya. Ibu Yanti sangat trampil dan telaten dalam merawat semua tanaman tersebut. Di halaman tersebut, ada bunga Mawar, Anggrek, Kuping Gajah dan bunga Melati yang sangat harum. Pada saat Sera dan Seri duduk di Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 36, usia mereka lima tahun. Diulang tahunnya yang kelima, Sera dan Seri mendapat hadiah dari pak Nardi dan bu Yanti sebuah celengan kuda Poni. Sera mendapat celengan berwarna pink, sedangkan celengan Seri berwarna hijau toska. Seri jadi teringat Rabu yang lalu bu guru bercerita tentang manfaat menabung. “Ayah, Ibu terima kasih yah… celengannya bagus. Aku suka sekali..” kata Seri. Seri melompat kegirangan. “Ayah…, ibu, aku tidak mau hadiah celengan. Kan, Sera pernah bilang, kalau Sera ingin hadiah boneka kuda poni kaya temen-temen di Sekolah.. !”. “Ayah sama ibu tidak sayang Sera…!!!”. “ Jahat…!!!” Bruggh…!!! Sera menutup pintu kamar dan menangis di dalam. Sera marah dan kecewa karena apa yang ia inginkan tidak diberi. “Kenapa hadiahnya bukan boneka kuda poni …. Kenapa..?!, aku tidak mau celengan, maunya boneka kuda poni..!!!”. Pak Nardi dan bu Yanti, geleng-geleng kepala, mereka mengelus dada melihat kelakuan Sera. Kak Adri mengajak keluar Seri agar tidak melihat perbuatan Sera yang sedang menangis dan berteriak-teriak dari dalam kamarnya. “Ayah sama ibu jahaaat…!, jahaaat…!!!” teriak Sera. Setelah marah dan tangisan Sera reda, pak Nardi dan bu Yanti masuk kamar Sera. Mereka memeluk Sera. Bu Yanti, mengusap air mata yang masih menetes di mata Sera dan menyuruhnya mandi. Malam harinya, pada saat mereka sedang makan malam bersama, Sera masih cemberut. Makanpun hanya sedikit. Selesai makan bersama, ketika Sera dan Seri pergi untuk mewarnai gambar di kamar. Pak Nardi dan bu Yanti datang menghampiri. Mereka melihat gambar Sera dan Seri. “Wah..., bagus yah, kalian mewarnainya..?” pak Nardi memuji gambar Sera dan Seri. “Ayah, ibu senang sekali. Kalian hebat...!”. Pak Nardi dan bu Yanti memeluk Sera dan Seri. “Sera, Seri...setiap diberi uang jajan, sisakan uang jajan kalian, jangan dihabiskan semuanya, yah..!”. kata pak Nardi. “Lihat, celengan kak Adri sudah hampir penuh..!” kata Pak Nardi, sambil mengangkat celengan Angry Bird yang diperoleh kak Adri sewaktu ulang tahun ke-13 di tahun yang lalu. “Kalian diberi hadiah celengan, supaya rajin menabung seperti kakak Adri. Dari tabungan ini, kalian dapat membeli apa saja yang kalian inginkan..!”. “Ingat yah.., Sera dan Seri. Jangan boros. Berhematlah. Karena ada pepatah mengatakan, “Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya”. “Iya ayah…, Seri akan mengikuti kak Adri…!’’. “Sera bagaimana..?” tanya pak Adri. “Hmm… iyalah...!!!” jawab Sera. “Ayah, ibu... di luar ada tamu...!” terdengar kak Adri memanggil pak Nardi dan bu Yanti. “Ingat pesan ayah ya,... sayang...?”. bu Yanti tersenyum dan keluar kamar mengikuti ayah. Sejak saat itu, setiap pak Nardi atau bu Yanti memberi uang untuk jajan, Seri selalu menyisihkan uangnya dan dimasukkan ke dalam celengan. Seribu, dua ribu, atau pernah juga lima ribu. Tiap hari, Seri pasti menyisihkan uang jajannya. Sementara Sera, selalu menghabiskan uang pemberian pak Nardi dan bu Yanti. Berapapun yang diberi, pasti uangnya habis untuk jajan. Entah itu jajan di kantin sekolah maupun di warung pak Doni di samping rumah. Setiap Seri menegurnya agar tidak boros, Sera selalu marah. Kadang Seri suka ingin ikut seperti Sera menghabiskan uang jajanya, tapi Seri ingat pesan ayah dan ibu supaya hemat. Apalagi Seri ingin membeli boneka kuda poni dari hasil tabungannya. Akhirnya keinginan untuk menghabiskan uang jajanpun tidak jadi dilaksanakan oleh Seri. Sehari, dua hari, sebulan, dua bulan, sampai setahun lamanya, Seri selalu menyisihkan uang jajannya. Sementara Sera, selalu boros, uangnya selalu habis buat jajan. Sera baru beberapa kali menyisihkan uang jajannya, ia menyisakan uang karena terpaksa. Ibu selalu menegurnya tidak boros dan belajar menabung. “Sera,Seri.. kesini..!” terdengar suara ayah memanggil mereka. Sera dan Seri menghampiri pak Nardi. “Sera, Seri…, libur Minggu depan, ayah dan ibu akan mengantar kak Adri ke Mall. Kak Adri mau membeli sepatu futsal. Sepatu kak Adri yang lama sudah rusak..”. “Kalian tidak boleh minta yang macam-macam yah.., karena uang ayah dan ibu tidak cukup..!” “Selesai mengantar kak Adri beli sepatu futsal, kita akan makan di Hokben dan beli ice cream”. “Horeee…. Asyiik…!” Sera dan Seri bersorak gembira. “Kalian boleh ikut, tapi kita buat perjanjian dulu yah…!?” kata pak Nardi. “Perjanjian itu apa ayah...?” tanya Sera dan Seri. “Perjanjian itu aturan yang kita setujui bersama, bila sudah setuju akan aturan yang telah kita buat, kalian tidak boleh melanggarnya”. Kalau melanggar, kita tidak jadi makan dan beli ice cream. Janji yah...?” pak Nardi menatap Sera dan Seri. “Baik, ayah... kami berjanji..!” jawab Sera dan Seri. “Sekali lagi, ayah ulangi. Sera, Seri dan kak Adri tidak boleh minta dibelikan yang lainnya lagi, mengerti...!?” suara ayah dan ibu terdengar bersamaan. “Mengerti, Ayah…!” jawab Seri dan Kak Adri “Iya, deh….! Padahal….!!?” Sera tidak jadi melanjutkan jawabannya, karena takut ayah dan ibu tidak mengajaknya pergi ke Mall. Pada hari Sabtu, ketika Sera sedang bermain sepeda dengan kak Adri, Seri meminta tolong ibu untuk membuka dan menghitung uang dari celengan miliknya. Ternyata tabungan di celengan Seri sudah banyak. Seripun menitipkan uang hasil tabungannya ke ibu, agar besok dapat membeli boneka kuda poni yang sangat diinginkkannya. Hari Minggu telah tiba, Sera dan Seri sangat senang karena mereka akan diajak pergi ke Mall. Pagi-pagi mereka sudah bangun, mandi dan memakai baju yang rapi. Sera dan Seri memakai baju kuda poni berwarna pink. Sera dan Seri keluar kamar lalu menghampiri ayah, ibu dan kak Adri yang telah siap berangkat. Sera dan Seri sangat senang setibanya di Mall. Turun dari mobil, Pak Nardi memegang tangan Sera dan Seri. Kak Adri bersama bu Yanti. Mereka memasuki toko Sport Station untuk mengantar kak Adri membeli sepatu futsal dilanjutkan dengan berkeliling melihat-lihat toko yang menjual beragam barang, mainan dan makanan. Terdengar Sera meminta mainan dan boneka kuda poni yang ada di etalase toko. Tapi pak Nardi dan bu Yanti tidak menghiraukannya. “Ayah, ibu... belikan boneka kuda poni sama jam tangan IMO.. !!, itu yang ada disana. !?” rengek Sera. “Sera, ingat yah..., peraturan yang telah kita sepakati bersama..!?” kata Pak Nardi “Tapi, ayah...!!!” Sera mulai menangis. “Ayo.. kita ke Hokben untuk makan, sekalian beli ice cream..?” ajak bu Yanti. Sambil cemberut, Sera mengikuti langkah ibu, Seri,Ayah dan kak Adri yang telah masuk ke dalam tempat makan. Tak lama setelah pesan makanan, pramusaji datang menghampiri dengan membawa nampan berisi makanan, minuman dan ice cream ke meja tempat duduk Sera dan Seri. Pak Nardi memimpin do’a sebelum makan. Seri makan dengan lahapnya. Sementara Sera tidak mau makan. Berdiam diri di pojok tempat mainan. Bu Yanti membujuk Sera untuk makan, tapi Sera tidak bergeming. Akhirnya Pak Nardi menghampiri Sera menyuruhnya untuk makan. Dengan terpaksa, Sera akhirnya mau makan. Selesai makan, Seri menghampiri ibu dan membisikkan sesuatu ke telinga ibunya, tak lama keduanya keluar dari tempat makan. Sera diam saja melihat Ibu dan Seri keluar ruangan. Setengah jam lamanya, Sera menghabiskan makannya. Diantar kak Adri, Sera mencuci tangan dan mengeringkannya. Terlihat olehnya, Seri datang membawa bingkisan besar. Ia membawa boneka kuda poni. Sera berlari ke ibu dan menangis. “Ibu..., kenapa Seri dibelikan boneka kuda poni? kan tadi Sera minta. Kenapa ibu dan ayah tidak membelikan, malah Seri yang dibelikan...?” tangis Sera. “Ibu jahaaat...!!” teriak Sera. “Ibu... Sera mau boneka kuda poni seperti Seri. Belikan bu...Ayo, belikan..!” Sera merengek dan menarik-narik rok ibunya. Ibu hanya tersenyum melihat kelakuan Sera yang seperti itu. Sera terus menerus merengek, tangisannya semakin keras. Ia tidak malu banyak orang di Mall melihatnya. “Sera, boneka kuda poni ini, bukan ayah dan ibu yang membelikannya, tapi Seri sendiri yang membeli. Ibu hanya mengantar saja ke Toko” jawab bu Yanti. “Seri membeli karena ia punya uang dari hasil menabung. Kamu ingat, celengan yang ayah dan ibu berikan sewaktu ulang tahun kemarin?” tanya pak Nardi. “Kalau gemar dan rajin menabung, Sera dapat membeli barang atau mainan yang diinginkan. Masih ingat pesan ayah dan ibu kan, Sera? Sambil menghapus air matanya, Sera mengangguk. Ia menyesal karena tidak mengikuti nasehat dari ayah dan ibunya. Karena gemar dan rajin menabung, Seri, kak Adri dapat membeli apapun yang mereka mau. Sementara dirinya, tidak bisa. Uangnya sering dihabiskan ketika diberi oleh pak Nardi dan bu Yanti. “Iya... ayah,ibu. Sera menyesal tidak menuruti nasehat ayah dan ibu. Sera minta ma’af. Mulai sekarang, Sera berjanji akan rajin menabung di celengan yang ada di rumah”. Sejak saat itu, Sera menjadi rajin menabung. Ketika celengannya sudah penuh, Sera dapat membeli apapun yang ia inginkan.
PESAN MORAL : Dengan belajar menabung, sedikit demi sedikit, akhirnya kita dapat membeli apapun yang diinginkan.

CONTOH MEMBUAT ALUR BEST PRACTISE Pelaksanaan Supervisi Akademik Di Masa Pandemic Covid 19

Pelaksanaan Supervisi Akademik Di Masa Pandemic Covid 19 Melalui Aplikasi Zoom Di TK Kemala Bhayangkari 36 Palasari Bandung   BAB I PEN...